SRAGEN – Sragen merupakan kabupaten
yang ada diprovinsi Jawa Tengah, terletak kurang lebih 30 km timur kota
Surakarta. Kabupaten Sragen memiliki julukan Bumi Sukowati, karena nama
Sukowati digunakan pada masa pemerintahan Kerajaan Surakarta. Sragen mempunyai
potensi wisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah lain, salah satunya terkenal
ditelinga masyarakat luar daerah, yakni berbagai macam situs prasejarah
terletak di Desa Sangiran, Kalijambe, desa ini menampung benda-benda bersejarah
yang ditemukan disekitar lokasi. misalnya: museum Sangiran, museum Bukuran, museum
Klayar dan lain sebagainya.
Liburan
hemat kali ini tidak berada dimuseum biasanya. Blusukan pertama yakni didusun Pungkruk, desa Doyong, kecamatan Miri,
Sragen. Bermodalkan sepeda motor, kali ini saya akan menelusuri keindahan Kota
Sragen ini. Tiba didusun Doyong dengan cuaca terik matahari yang menampangkan segala keindahannya,
menjadi gairah tersendiri bagi saya. Namun sedikit kebingungan saya ketika
sampai dilokasi yang saya tuju, yakni keamanan sepeda motor saya, dengan
sedikit keberanian akhirnya saya berhasil meminta izin kepada warga sekitar
untuk menitipkan sepeda motor dan juga sedikit bertanya perihal nama air terjun
tersebut.
Benar
saja, air terjun desa Doyong Miri ini dinamai warga air terjun Dung Grujug yang
terletak di kali Pungkruk yang tidak lain adalah terusan dari sungai kedung kancil
yang biasa bermuara diWaduk Kedung Ombo, Sumber lawang. Setelah menapaki jalan
setapak yang agak licin dan berbelok-belok untuk menuju sumber suara dengan
gagahnya memperlihatkan derau air, untuk jaraknya kurang lebih 500 meter.
Setelah berhasil menuju air terjun, saya terbelalak dengan eksotis alami air
terjun dung Grujug ini. Keelokan air terjun Dung Grujug ini menambah dengan
memperlihatkan batu-batu karang yang membentuk motif garis-garis mendatar,
motif terbentuk karena adanya gerusan air secara terus menerus selama
bertahun-tahun.
Saya
sempat menikmati derau air dan angin yang menggelitik kulit saya, ditambah lagi
spot mancing yang diperlihatkan indah oleh warga sekitar yang biasa dilakukan
kaum adam. Benar adanya, air terjun Dung Grujug ini juga menjadi lokasi untuk
memancing karena terlihat jelas ikan yang ada di sungai air terjun ini, seperti
ikan lele dan ikan sidat. Untuk ketinggian air terjun ini kurang lebih 5 meter,
meski tergolong air terjun kecil dan warna air yang kecoklatan. Tidak menjadi
halangan untuk menelusuri surga kecil ini. Terlebih harapan saya, agar air
terjun Dung Grujug ini, dikelola masyarakat sekitar untuk dijadikan obyek
wisata dan juga kebersihan agar lebih diperhatikan, terutama pengunjung air
terjun Dung Grujug ini terlihat meninggalkan sampah serta dalam berselfie lebih
safety karena karang terbilang cukup
licin.
Untuk
menuju kelokasi air terjun Dung Grujug, bisa ditempuh rute Solo-Grobogan,
sesampai disimpang tiga Modro, langsung ambil rute menuju kecamatan Miri, untuk
jaraknya kurang lebih 2 km dari kantor kecamatan Miri. Agar lebih nikmat, bisa
membawa alat pancing sambil menikmati derau air terjun dung Grujug ini.
Usai menelusuri
air terjun, saya langsung menelusuri waduk kedung ombo merupakan bendungan
raksasa seluas 6.576 hektar yang areanya mencakup sebagian wilayah di tiga
kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali dan Grobogan. Lokasi wisata waduk kedung ombo
ini menjadi wisata andalan Sragen yang terletak dikecamatan sumberlawang, sekitar
30 km dari pusat kota. Waduk kedung ombo ini dibangun sekitar tahun 1980.
Namun blusukan kali ini tidak diobyek wisata kedung ombo
sendiri, melainkan dataran bukit sebelum menuju obyek wisata kedung ombo. Perlu
diketahui obyek wisata waduk kedung ombo terletak di Desa rambat, kecamatan geyer,
kabupaten Grobogan kurang lebih 29 km kearah selatan Purwodadi.
Tidak
usah bingung untuk lokasinya, karena lokasi bukit kedungombo ini cukup
strategis yakni kiri jalan dari arah gemolong. Dahulu lokasi ini merupakan
tempat pendaratan helikopter, terlihat jelas masih ada sisa-sisa yang
memperjelas bukti keberadaannya. Sampai dilokasi terpampang pagar besi yang
tertutup, namun ada sedikit celah yang cukup untuk masuk. Perlu diwaspadai pula
dengan keberadaan sepeda motor, karena tidak ada penjagaan dilokasi tersebut.
Setelah berjalan dan menulusuri bukit kedung ombo yang terbilang tidak begitu
tinggi, akhirnya saya disuguhi pemandangan yang menajubkan! Bebatuan terpampang
rapi nan elok, serta view waduk
kedungombo yang begitu jernih ditambah pula keberadaan perahu yang mengitari
untuk memancing ikan.
Tidak
hanya itu, lokasi ini memang jarang dikunjungi wisatawan. Karena wisatawan
lebih memilih obyek wisata kedung ombo yang mayoritas dikunjungi keluarga,
saudara, dan sebagainya untuk sekedar menjelajahi kuliner khas waduk kedung
ombo yakni beberapa suguhan ikan seperti ikan emas, ikan nila, wather, dan lain
sebagainya. Serta fasilitas obyek wisata kedung ombo yang menyediakan beraneka
macam tempat permainan, penyewaan perahu, pohon yang rindang merupakan tempat
yang cocok sekali berkumpul bersama keluarga menikmati keindahan waduk kedung
ombo dan juga kuliner yang tentunya murah-meriah.
Bukit
kedung ombo ini, nampak masih sepi hanya ada beberapa perahu yang melintas
saja, kebahagiaan tersendiri bagi saya dan rekan perjalanan saya untuk
menikmati view yang menajubkan dan
juga tidak lupa mengabadikan apa yang sudah saya rekam melalui mata, akan saya bidik melalui kamera ponsel. Usai
menikmati, saya dan rekan perjalanan kembali menelusuri keindahan kota Sragen,
namun harapan untuk menikmati sunset
dibukit kedung ombo sirna sudah, karena rasa was-was yang terlintas dibenak
saya akan keadaan sepeda motor mengurungkan niat saya dan rekan perjalanan saya
menikmati sunset disini.
Harapan
itu kembali muncul, tatkala blusukan
menjelang sore ini menuju ke Gunung Kemukus, Sumber lawang. Lokasi gunung
kemukus ini cukup dikenali karena sudah ada plang
yang mengisyaratkan keberadaan tersebut. Rasa kecewa tidak bisa menikmati sunset dibukit kedung ombo terbayar
sudah dijembatan yang menghubungkan gunung kemukus dengan jalan yang biasa
warga melintas. Saya dan rekan perjalanan kembali menikmati proses matahari
tenggelam dengan membidik kamera ponsel, view
yang menenangkan jiwa dan juga keamanan sepeda motor yang dijaga dengan baik
oleh warga sekitar. Akhirnya perjalanan satu hari ini, usai sudah. Jangan lupa
tetap menjaga keindahan alam yang sudah diciptakan Tuhan untuk umatNya.
0 komentar:
Posting Komentar
[ terimakasih, sudah membaca seikat kalimat...]