Serigala diSangkarku


ia tahu mengapa ia masih bertahan disebuah sangkar yang panas, begitupun ia menyebutnya. baginya rumah bukanlah istimewa untuk ia berlindung dari teriknya panas matahari, dinginnya rintikan hujan, dan menghabiskan waktu bercengkrama dengan keluarganya... hal yang sangat bodoh ketika ia lakukan ditempat itu! serigala-serigala disangkar sana telah mencerca dan meremukkan isi hatinya, ia sungguh tak beruntung berada di sangkar yang tak senyaman kelinci! yah teman masa kecilnya adalah kelinci, ia sering bermain disangkar kelinci, entahlah...hatinya sungguh sangat nyaman berada disangkar kelinci itu... keluarga kelinci itu sangat baik dalam menerima ia, meski mereka tahu betapa pilunya hidupnya disekeliling serigala-serigala yang ganas itu.
ia sangat malas sekali berada disebuah sangkar itu! lebih baik ia menyibukkan diri diluar sana hingga terbenamnya matahari, ia rela pulang malam dari pada waktunya ia habiskan untuk berada di sangkar itu...  baginya sangkar itu hanyalah tempat untuk beristirahat sejenak melemaskan otot-ototnya.

hingga suatu hari, ia sangat bersemangat untuk kembali kesangkarnya. senyum bahagianya ia biaskan ke sudut-sudut bumi yang ia pijak, ia tampakkan wajah sendu bagaikan putri merindukan pangerannya. kerinduan yang begitu dalam akan sesosok figur seorang Ayah dan kini penantiannya terbalaskan Ayahnya pulang tak ada angin dan tak ada hujan Ayahnya pulang! sekali lagi ia sangat bahagia akan sosok Ayahnya! ia sangat rindu! hal pertama ia lakukan ingin memeluknya sedalam-dalamnya hingga bukti kerinduan itu tersampaikan untuk Ayahnya, sekian lama ia menanti hingga delapan tahun lamanya ia bertahan disebuah sangkar berpenghuni serigala-serigala buas yang terus memangsanya semua ia lakukan selalu saja dianggap serigala-serigala buas itu sebuah kesalahan besar,  ia selalu berharap semua cobaan ini akan berubah menjadi sebuah keindahan pada waktunya. hingga delapan tahun lamanya, kini ia duduk dibangku perguruan tinggi sesuai dengan apa yang diharapkan Ayahnya, benar ia sangat mencintai Ayahnya.

terbiasa ia pulang larut malam, kini ia sengaja senja hari ia pulang hanya ingin bertemu Ayahnya. semut-semut merah yang biasa menghalangi ia tepis untuk kembali kesangkarnya, benar adanya ketika ia sampai disangkar panasnya. ia terlalu bersemangat lari terus lari disudut-sudut seisi sangkarnya, ia lari mencari sosok tinggi nan gagah itu, ia terus berusaha mencari dan ia yakin ia selamanya tak akan melupakan wajah gagah nan rupawan itu! suara rintih pun terdengar pilu... Ayahnya menyebut namanya dengan pelan dan pelan "NAYLA...." ia terbatuk-batuk kecil tanda Ayahnya sedang tidak sehat, ia menorehkan wajah mungilnya. ia menghampiri dan memperhatikan dengan seksama wajah Ayahnya, dan lagi ia menatap tajam mata Ayahnya yang sendu. kedua mata itu saling beradu sampai meneteskan kristal-kristal dipelupuk mata sang anak dan sang Ayah.



ia menangis, terisak-isak dan menjerit "Ayahhh...AKU MERINDUKANMU! SEKALI LAGI SUNGGUH AKU MENCINTAIMU AYAH! aku ingin pergi dari sini bersamamu Ayah! dimanapun engkau berada ayah!" pelukan erat itu kembali terulang dua tahun lamanya tidak ia rasakan, dan ia begitu hafal akan pelukan sang Ayah yang benar-benar sangat membuat nyaman. sekali lagi kedua manusia itu saling menangis, tak lupa ia mencium tangan sang Ayah dan Ayah mencium kening putrinya yang kini beranjak dewasa.
sangkar itu kembali hangat sehangat delapan tahun yang lalu ia masih ditemani kedua orangtuanya yang ia rindukan, dan ia melupakan sejenak keberadaan serigala-serigala buas nan liar itu. baginya bertemu dan memeluk Ayah sangat lah penting. penantiannya pun berakhir, meski sosok gagah itu tlah pudar, ia mengerti bahwa Ayahnya sedang sakit parah dan Ayahnya kembali kesangkarnya untuk bertemu putrinya meski Ayahnya tak tahu berapa lama lagi akan hidup didunia ini bersama putrinya, hanya keajaiban Tuhan-lah yang ia panjatkan untuk kesembuhan Ayahnya.

serigala-serigala buas itu kembali berubah menjadi peri yah! peri didalam sangkarnya! mereka secepat itu berubah baik terhadap Nayla putri kandung dari rahim almarhumah ibunya. sejak Ayahnya menikah lagi dengan seorang serigala itu, ia tak lagi merasakan nyaman disangkarnya sendiri. bagaikan dongeng bawang merah dan bawang putih.
Ayahnya yang kini sakit parah, semut-semut merah itu telah menggerogoti sebagian urat-urat disekujur tubuh gagah itu, ia hanya bisa pasrah akan kesembuhan Ayahnya. meski Tuhan telah menggariskan takdir ia bertemu dengan Ayahnya dengan keadaan Ayahnya tak seperti dulu, ia tak mengeluh. bahkan ia mengerti arti dari semua ini, Tuhan sangat menyayangi hamba-hambaNYA yang selalu bersyukur atas takdir yang diberikan. 

pagi, siang dan malam. hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. meski Ayahnya tak kunjung sembuh dan ia harus merawat Ayahnya dengan baik, ia relakan waktunya ia bagi dengan kesibukan kuliahnya.... ia begitu bersyukur, hingga kini serigala-serigala itu tak kunjung mencercanya lagi, ia tahu serigala-serigala itu tidak tulus mencintai sepenuhnya Ayahnya, hanya seonggok harta yang mereka incar. Tuhan telah membukakan mata hati Ayahnya, sungguh Ayahnya menyesal telah meninggalkan ia dengan waktu yang tak lama, meninggalkan masa-masa remaja Nayla hanya untuk mencari nafkah, Ayah Nayla seorang perantauan dinegeri seberang.

ia sangat bahagia, semua indah pada waktunya. Ayahnya melontarkan talak dan melayangkan gugatan cerai di meja hijau untuk istri ibu tirinya dan kedua anak tiri serigala buas itu, sungguh benar ia sangat pemaaf dan ia rela membawa lari ingatan itu, entah dimana ia sembunyikan rasa sakit hatinya. kini ia rasakan kedamaian sangkarnya sedia kala, mukjizat Tuhan benar adanya...Ayahnya kini sehat dan mereka hidup bahagia disebuah sangkar yang sangat nyaman bagaikan sedia kala, delapan tahun yang lalu...




0 komentar:

Posting Komentar

[ terimakasih, sudah membaca seikat kalimat...]