My Letna Dr
Semua sudah berubah, seiring senja yang
menghantarkan kepergiannya. Aku tahu itu semua sudah keputusannya, hembusan
nafasku mulai kuperbaiki setelah hentakan kakiku berpijak dibumi ini, mengejar
siluet yang kini pergi... aku tak tahu rencana apa selanjutnya...
“aku hanya
merpati putih, terbang menerjang badai tinggi diawan menghilang dilangit yang
hitam.. selamat berpisah kenangan bercinta. Sampai kapankah jadinya aku harus
menunggu hari bahagia, seperti dulu?” (merpati Putih – astrid)
******
“gubraakkk!!”
lamunanku terhenti, melihat paras cantik mata sipit dan gaya khasnya, aku kenal
dia! Sahabatku Mira, kulirik sebentar.. seonggok aneka ragam artikel dan cover
buku seperti yang aku kenal menghanyutkan lamunanku! “deadline udah semakin
dekat beb, lu kenape?” kembali aku tersadar akan beberapa deadline tugas
kepenulisanku yang urung kujamah sekian tempo berlalu lalang pergi perlahan.
“yaa gampang, akikah sedang badmood bo’! buat bercinta sama tugas-tugas semua”
jawabku santai, terbiasa mengatakan ‘aku’ sebagai ‘akikah’. Dengan gayanya casual Mira pergi begitu saja
mengacuhkan alibi ku, hanya nampak punggungnya mengiringi kepergiannya.
“secangkir kopi,
sepertinya bisa membiusku mengerjakan deadline ini” kataku dalam hati.
Kulirik arloji
tanganku, sepintas kuperhatikan dengan seksama jam menunjukkan angka cantik,
“heuumm... cantik sepertinya aku suka dengan moment ini” kata ku perlahan, lalu
kupalingkan wajahku mengarah semut-semut kecil monitor yang biasa kugunakan
untuk nglembur beraneka deadline
dikantor ini, “GANBATTE!” jariku begitu lihay menari-nari diatas keyboard nan
usang, seketika waktu pun berlalu... tak terasa dentuman lagu khas korea
dihandphone kesayanganku memekakan keseriusanku,
Neol saranghandan iyuro nae ane deo gadugoji chige
haesseotji, nae yaksimi manhatda neol geuraeseo irheotda.....
“Hallo!” jawabku
“aku tunggu
dicafe 3424, now!” jawabnya singkat
“baiklah...”
jawabku santai
Tuutttt....tuutttt...ttuuuttt....
“kebiasaan ini orang, telpon langsung dimatiin” tak sadarku menghujat handphone kesayanganku. Diliriknya Lita,
rekan kerjaku sambil bergumam lucu “mungkin dia lelah” tertawa mengidik
perlahan. “whatever!” kataku dalam
hati, berlalu menuju keluar kantor.
*****
Senja nan
permai, gemuruh kendaraan bermotor mulai pecicilan antara satu dengan yang
lain.. ku telusuri sudut kota senja hari ini, ku nikmati senja diperjalanan.
Nampak menyenangkan bila ku berlari menuju sunset dilapangan hijau disana,
namun urung ku lakukan karena semua itu wacana, hanya motor kesayanganku
menggiring ku menuju cafe 3424 tempat Letna kekasihku yang kini sudah resmi
bekerja di RSUD dikota ini.
Seperti hari itu, kami memilih berada dicafe 3424 dikursi
yang ada dibawah sebuah pohon besar. Daun-daun kering menggunung menutupi kaki-kaki
kursi kami. Injakan kami menciptakan nada, yang kadang membuat kami tertawa
sendiri.
“maafkan aku,
sedikit terlambat karna aku sedang nglembur beberapa artikel kepenulisanku yang
urung ku jamah beberapa minggu ini” kata ku pelan
“iya, tak apa.
Aku baru saja berada disini, sudah menghabiskan beberapa logistic dan softdrink
dicafe ini” sindirnya pelan
Pertemuan
singkat ini, selalu kami lakukan disela-sela kesibukan kami yang berbeda
profesi. Kami telah menjalani hubungan ini, saat aku menginjak bangku kuliah
disemester 5, tetapi dia sudah coas. Tidak ada masalah apapun, hari berganti
minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, kami lalui semua
berjalan biasa saja. Hingga pada akhirnya hubungan ini tidak diketahui
keberadaannya...
*****
Ku renggangkan
urat-urat tubuh ini, tubuh ini menandai apa yang ada di sekitarnya. Seperti
tubuhku yang seakan merasakan apa yang akan terjadi padaku nanti, ditaman kota
seiring hembusan angin menyapa kehadiran ku ditaman ini. Sebagai penulis,
memang suasana seperti ini yang ku inginkan untuk melatih imajinasiku dalam
merangkai kata. Hanya merangkai kata memang.
Ekor mata ini
selalu saja memperhatikan dengan seksama anak-anak yang sedang asyik bergelut
memperebutkan bola, tampak bahagia sekali!
3 jam sudah aku
bergelut dengan beberapa rentetan kata, entah apa yang kutulis inginku segera
menyusul Letna ditempat ia bekerja dengan pasien-pasiennya.. “Aku merindukannya
Tuhan” kataku dalam hati... Tuhan selalu saja berhak membolak-balikan perasaan
hambaNya.
*****
Pemandangan RSUD
tempat Letna bekerja memang tak pernah sepi, kuperhatikan dengan seksama
beraneka ragam pasien yang berhasil ku lewati. Dalam jeda itu, tak henti aku
mengamatinya. Aku tetap tak bisa berlalu menangkap apa yang ia rasakan. Mata
mungkin adalah penunjuk yang paling kuat. Ia melukiskan apa yang sedang terjadi
didalam. Sebuah indikator hati. Aku selalu dapat merasa ada sesuatu yang muram
pada dirinya, setiap kulihat tatapannya. Walau ia tengah tersenyum sekalipun.
Lalu ia
berbalik. Sejenak kulihat jas panjangnya terayun oleh angin dan langkahnya,
lalu lenyap begitu saja diantara tubuh-tubuh berlalu lalang.
*****
Setiap hari,
setiap waktu.. aku selalu datang dan hadir di RSUD itu, menyapa rekan-rekan
Letna hingga ku beranjak menyapanya.. setiap hari, setiap waktu di kota senja
itu, aku tak bisa menolak bila sejak itu
aku mulai menunggunya, dan selalu membayangkan sebuah cincin melingkar
dijari manisku serta, beberapa pesta memeriahkan kebahagiaan kami...
Atau mungkin aku
akan pergi, dari Letna seorang dokter yang urung memberi ku sebuah kepastian
hubungan ini... sampai kapan kah aku menunggu ?
Walau dalam
hati, tanpa bisa kuhindari, aku mulai bertanya-tanya kenapa dan kenapa. Begitu
mudah berkata “kapan kita akan menikah?” aku sering melihat kawan-kawan ku
bersenda gurau menikmati senja bersama keluarga kecilnya. Tapi selalu saja,
pada akhirnya ku letakkan pertanyaan-pertanyaan itu dibagian paling akhir dari
hari-hariku. Ini setidaknya membuatku merasa lebih ringan.
Disenja itu,
selalu ku ingin berlari mengejar siluetnya. Siluet kehidupan yang kelak entah
kapan kami bina. Setidaknya aku bertahan melalui ketidakpastian, menunggu hari
bahagia itu layaknya merpati putih.
*****
nama blognya sedih ya mb... T.T
BalasHapus